“LIMA HAL YANG MENGHIASI DUNIA”
KULTUM WADA’ BA’DA SHOLAT MASJID TAJUL ARIFIN
Semarang|pta-semarang.go.id (28/12/22)
Drs. H. Muhammad Yamin Awie, SH, MH Ketua PTA. Semarang memberikan kultum bakda sholat ashar pada hari Rabu, 28 Desember 2022 kepada seluruh pegawai PTA. Semarang. Kegiatan yang dilaksanakan di masjid Tajul Arifin PTA. Semarang tersebut sebagai kultum wada’ karena terhitung mulai tanggal 1 Januari 2023 memasuki purna tugas.
Kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap hari Rabu tersebut diikuti oleh semua aparatur PTA. Semarang dengan tujuan untuk menambah ilmu dan wawasan keagamaan dan juga untuk meningkatkan kedisiplinan dan etos kerja. Pada kesempatan tersebut beliau menyampaikan bahwa ada materi yang selalu diingat beliau sebagai wasiat KH. Mas Mansur, salah satu pemimpin yang ketat disiplinnya, terutama dalam menetapi waktu. Wasiat tersebut beliau aplikasikan dalam memimpin PTA. Semarang dan Pengadilan Agam di Jawa Tengah. Beliau selalu menyampaikan sebagai Imam harus melaksanakan terlebih dahulu sebelum memerintahkan kepada makmum. Maka sebagai pemimpin harus memberi contoh kepada anak buah.
Selain materi tentang kedisiplinan yang selalu dicontohkan KH. Mas Mansur salah satu pemimpin yang ketat disiplinnya, terutama dalam menetapi waktu ada materi yang disampaikan beliau adalah tentang "Lima hal yang menghiasi dunia". Dunia ibarat taman indah. “Ad dunya kal bustanun jamal”, kata para cerdik cendekia. Dilengkapi dengan sarana-sarana keindahan, yang membuat penghuninya betah. Imam an Nisaburi, dalam kitab tafsirnya, menguraikan lima jenis penghias keindahan taman. Yaitu “ilmul ulama” (ilmu ulama), “adlul umaro” (keadilan para pemimpin), “amanatut tujjari” (kejujuran para pengusaha), “ibadatul ujjadi” (ibadahnya khalayak awam), dan “nashihatul muhtarifin” (ketulusan para aparat). Dengan menyatunya lima unsur tersebut akan terwujud suatu keseimbangan, keselarasan, keharmonisan, dan kemaslahatan yang didambakan umat manusia di manapun mereka berada dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, tidak terkecuali dalam berbangsa dan bernegara. Sebaliknya, jika masing-masing unsur tidak tidak bersatu, maka yang terjadi adalah suatu kepincangan dan ketimpangan yang berbuntut kehancuran dan malapetaka.
Mengakhiri kultumnya beliau menyampaikan peribahasa “Harimau mati meninggalkan belang, maka manusia mati meninggalkan nama”. Semoga setelah tidak berdinas apa yang dilakukan di PTA. Semarang menjadi kenangan baik yang ditinggalkan.